Sudah lama sekali saya ingin menulis buku tentang matematika Islam.
Sebuah tema yang luas dan dalam. Saya sendiri telah sering menyebut nama
tokoh matematika islam terbesar: Muhammad Ibnu Musa Aljabar
AlKhawaritzmi (AlKhawarizmi).
Saat ini saya justru terpikirkan, “Apa definisi matematika islam?”
1. Matematika Islam Jaman Keemasan
Jaman keemasan matematika islam terbentang dari abad ke-8 sampai abad
ke-15 masehi. Matematikus islam sangat produktif menciptakan
karya-karya matematika orisinil. Mereka juga menerjemahkan karya-karya
matematika Yunani kuno semisal Euclid, Pythagoras, dan lain-lain.
Untuk definisi matematika islam jenis jaman keemasan ini, tampaknya
tidak ada yang tidak setuju. Karena matematika benar-benar subur di
tangan para matematikus islam waktu itu. Meski ada sedikit orang barat yang mencibir bahwa matematika islam
jaman keemasan adalah sekedar menerjemahkan matematika karya Yunani
kuno. Tentu kita dapat dengan mudah menyanggah pendapat di atas. Cukup
tunjukkan sistem bilangan desimal karya AlKhawritzmi, selesai sudah. Apalagi bila melanjutkan dengan bidang aljabar karya AlKhawaritzmi
dan puncaknya oleh Oemar Khayyam. Tambahan lagi teori kalkulus juga
sudah mulai tumbuh di jaman keemasan Islam. Tetapi kita masih memiliki masalah dengan definisi jenis ini. Bagaimana matematika Islam setelah jaman keemasan?
2. Interpretasi Kitab Suci dengan Angka-angka
Definisi ini sangat kreatif. Misalnya huruf-huruf dalam ayat Basmalah
terdiri dari 19 huruf. Sedangkan jumlah surat dalam AlQuran adalah 114
surat. Perhatikan bahwa 114 adalah kelipatan 19 yakni,
114 = 19 x 6.
Bilangan yang sering menjadi perhatian adalah bilagan 7. Surat
AlFatihah terdiri dari 7 ayat. Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi
raja yang berkaitan dengan angka 7. Surat AlBaqarah banyak menyimpan
rahasia angka 7. Dan masih banyak lagi. Definisi jenis kedua ini terasa sangat mengasyikkan. Mengapa? Karena
kita mengkaji langsung kitab suci. Jadi sangat terasa islamnya.
Apa masalahnya dengan definisi jenis ini?
Masalahnya adalah: mana matematikanya?
Jenis kedua ini sering hanya mengungkapkan aspek aritmetika khusus
dari matematika. Sedangkan sisi matematika yang lain sangat sedikit
diungkapkan.
3. Kontekstualisasi Islam dari Matematika
Definisi ini juga menarik. Menerapkan beragam konsep matematika dalam
konteks dunia islam. Misalnya menerapkan matematika untuk menghitung
faraid – sistem waris – dalam islam. Menerapkan teori matematika untuk
menentukan waktu jam sholat dan lain-lain. Lebih aplikatif lagi kita dapat menerapkan matematika untuk kehidupan
sehari-hari konteks islam. Bila setiap hari Achmad membaca AlQuran 1/4
juz maka butuh berapa hari untuk mengkhatamkan – menamatkan – AlQuran?
Definisi jenis ketiga ini menurut saya bagus dan kreatif. Semakin
kreatif dan bagus sesuai dengan pemahaman kita terhadap matematika dan
islam. Tentu masih banyak definisi matematika islam yang lain lagi.
Apakah matematika kreatif APIQ juga dapat kita sebut sebagai matematika islam juga ya?
Bagaimana menurut Anda?
Salam hangat…
(angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ)
Smber: klik disini
0 komentar:
Posting Komentar