Kamis, 05 Desember 2013

Mendefinisikan Matematika Islam

Sudah lama sekali saya ingin menulis buku tentang matematika Islam. Sebuah tema yang luas dan dalam. Saya sendiri telah sering menyebut nama tokoh matematika islam terbesar: Muhammad Ibnu Musa Aljabar AlKhawaritzmi (AlKhawarizmi).
Saat ini saya justru terpikirkan, “Apa definisi matematika islam?”

1. Matematika Islam Jaman Keemasan
Jaman keemasan matematika islam terbentang dari abad ke-8 sampai abad ke-15 masehi. Matematikus islam sangat produktif menciptakan karya-karya matematika orisinil. Mereka juga menerjemahkan karya-karya matematika Yunani kuno semisal Euclid, Pythagoras, dan lain-lain.
Untuk definisi matematika islam jenis jaman keemasan ini, tampaknya tidak ada yang tidak setuju. Karena matematika benar-benar subur di tangan para matematikus islam waktu itu. Meski ada sedikit orang barat yang mencibir bahwa matematika islam jaman keemasan adalah sekedar menerjemahkan matematika karya Yunani kuno. Tentu kita dapat dengan mudah menyanggah pendapat di atas. Cukup tunjukkan sistem bilangan desimal karya AlKhawritzmi, selesai sudah. Apalagi bila melanjutkan dengan bidang aljabar karya AlKhawaritzmi dan puncaknya oleh Oemar Khayyam. Tambahan lagi teori kalkulus juga sudah mulai tumbuh di jaman keemasan Islam. Tetapi kita masih memiliki masalah dengan definisi jenis ini. Bagaimana matematika Islam setelah jaman keemasan?

2. Interpretasi Kitab Suci dengan Angka-angka
Definisi ini sangat kreatif. Misalnya huruf-huruf dalam ayat Basmalah terdiri dari 19 huruf. Sedangkan jumlah surat dalam AlQuran adalah 114 surat. Perhatikan bahwa 114 adalah kelipatan 19 yakni,
114 = 19 x 6.
Bilangan yang sering menjadi perhatian adalah bilagan 7. Surat AlFatihah terdiri dari 7 ayat. Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi raja yang berkaitan dengan angka 7. Surat AlBaqarah banyak menyimpan rahasia angka 7. Dan masih banyak lagi. Definisi jenis kedua ini terasa sangat mengasyikkan. Mengapa? Karena kita mengkaji langsung kitab suci. Jadi sangat terasa islamnya.
Apa masalahnya dengan definisi jenis ini?
Masalahnya adalah: mana matematikanya?
Jenis kedua ini sering hanya mengungkapkan aspek aritmetika khusus dari matematika. Sedangkan sisi matematika yang lain sangat sedikit diungkapkan. 

3. Kontekstualisasi Islam dari Matematika
Definisi ini juga menarik. Menerapkan beragam konsep matematika dalam konteks dunia islam. Misalnya menerapkan matematika untuk menghitung faraid – sistem waris – dalam islam. Menerapkan teori matematika untuk menentukan waktu jam sholat dan lain-lain. Lebih aplikatif lagi kita dapat menerapkan matematika untuk kehidupan sehari-hari konteks islam. Bila setiap hari Achmad membaca AlQuran 1/4 juz maka butuh berapa hari untuk mengkhatamkan – menamatkan – AlQuran?
Definisi jenis ketiga ini menurut saya bagus dan kreatif. Semakin kreatif dan bagus sesuai dengan pemahaman kita terhadap matematika dan islam. Tentu masih banyak definisi matematika islam yang lain lagi.
Apakah matematika kreatif APIQ juga dapat kita sebut sebagai matematika islam juga ya?

Bagaimana menurut Anda?

Salam hangat…
(angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ)
Smber: klik disini

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates